Nov 17, 2014

Manusia dan Pandangan Hidup


Pandangan Hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya. Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam waku yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar itu manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, atau petunjuk yang disebut pandangan hidup.


Macam-Macam Sumber Pandangan Hidup
  • Pandangan hidup yang berasal dari agama, yaitu pandangan yang mutlak kebenarannya.
  • Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
  • Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relative kebenarannya, pandangan hidup yang didasari oleh ajaran agama menempati posisi sentral, yakni orang yang hormat dan tunduk kepada nilai-nilai agama yang diyakininya, melalui figure Ulama Kharismatik, atau menurut kitab suci. Menurut ajaran Islam, tujuan hidup manusia ialah untuk menggapai ridha Allah, ibtigha mardhatillah. Firman Allah.
  • Ideologi. Sekumpulan ide, gagasan, keyakinan dan kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis. Pedoman yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai dasar cita-cita, nilai dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi.
  • Cita-cita. Suatu impian dan harapan seseorang akan masa depannya bagi sebagian orang cita-cita itu adalah tujuan hidupnya maka cita-cita adalah sebuah impian yang dapat membakar semangat untuk terus melangkah maju ke depan.
  • Kebijakan. Suatu upaya atau tindakan untuk mempengaruhi sistem pencapaian tujuan yang diinginkan upaya dan tindakan dimaksud bersifat strategis yaitu berjangka panjang dan menyeluruh.
  • Usaha atau Perjuangan. Usaha atau upaya atau tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan yang dituju.
  • Keyakinan atau Kepercayaan. Merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan mereka sendiri serta memiliki pengharapan yang realistis bahkan ketika harapan mereka tidak berwujud mereka tetap berpikiran positif dan dapat menerimanya.


Langkah-Langkah Berpandangan Hidup yang Baik

Mengenal, merupakan suatu kodrat bagi manusia dan tahap hidup pertama dari setiap individu. Sebagai seorang muslim kita mengenal pandangan hidup yaitu al-quran dan hadist serta ijamak ulama yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Mengerti, mengerti disini dimaksudkan pada mengerti tentang pandangan hidup.
Menghayati, menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam pandangan hidup yaitu dengan memperluas dan memperdalan pengetahuan mengenai pandangan hidup.

Meyakini, merupakan suatu hal yang cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai tujuan hidupnya.

Mengabdi, merupakan suatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya sendiri lebih dari orang lain.

Mengamankan, merupakan langkah terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup itu.


Cita-Cita yang Ingin Dicapai

Berbicara mengenai cita-cita, pasti semua orang memiliki cita-cita, begitupun dengan saya. Suatu impian, harapan, dan tujuan di masa depan. Cita-cita saya yaitu ingin menjadi seorang karyawan di suatu perusahaan dan ingin membuka usaha supaya bisa memberikan lapangan pekerjaan bagi banyak orang.


Referensi

http://rahmisabrina.blogspot.com/2013/05/apa-yang-di-maksud-dengan-pandangan.html
http://nengberbagi.blogspot.com/2014/09/tanggung-jawab-harapan-iad-ibd-isd.html
http://iman-lazuardi.blogspot.com/2012/07/langkah-langkah-berpandangan-hidup-yang,html

Manusia dan Keadilan


Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa "Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran". Tapi, menurut kebanyakan teori juga, keadilan belum lagi tercapai: "Kita tidak hidup di dunia yang adil". Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan.


Macam-Macam Keadilan:

Keadilan Komunitatif (iustitia commutativa) yaitu keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang apa yang menjadi bagiannya berdasarkan hak seseorang (diutamakan obyek tertentu yang merupakan hak seseorang).
Contoh:
  • Adil kalau si A harus membayar sejumlah uang kepada si B sejumlah yang mereka sepakati, sebab si B telah menerima barang yang ia pesan dari si A.
  • Setiap orang memiliki hidup. Hidup adalah hak milik setiap orang, maka menghilangkan hidup orang lain adalah perbuatan melanggar hak dan tidak adil.
Keadilan Distributif (iustitia distributiva) yaitu keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang apa yang menjadi haknya berdasarkan asas proporsionalitas atau kesebandingan berdasarkan kecakapan, jasa atau kebutuhan.
Contoh:
  • Adil kalau si A mendapatkan promosi untuk menduduki jabatan tertentu sesuai dengan kinerjanya selama ini.
Keadilan Legal (iustitia legalis) yaitu keadilan berdasarkan Undang-Undang (obyeknya tata masyarakat) yang di lindungi UU untuk kebaikan bersama.
Contoh:
  • Adil kalau semua pengendara mentaati rambu-rambu lalulintas
  • Adil bila polisi lalulintas menertibkan semua pengguna jalan sesuai UU yang berlaku
Keadilan Vindikatif (iustitia vindicativa) adalah keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang hukuman atau denda sesuai dengan pelanggaran atau kejahatannya,
Contoh:
  • Adil kalau si A dihukum di Nusa Kambangan karena kejahatan korupsinya sangat besar
  • Tidak adil kalau koruptor ringan sementara pencuri sebuah semangka dihukum berat
Keadilan Kreatif (iustitia creativa) adalah keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang bagiannya berupa kebebasan untuk mencipta sesuai dengan kreatifitas yang dimilikinya di berbagai bidang kehidupan.
Contoh:
  • Adil kalau seseorang penyair diberikan kebebasan untuk menulis, bersyair sesuai dengan kreatifitasnya
  • Tidak adil kalau seseorang penyair ditangkap aparat hanya karena syairnya berisi kritikan terhadap pemerintah
Keadilan Protektif (iustitia protective) adalah keadilan yang memberikan perlindungan kepada pribadi-pribadi dai tindakan yang sewenang-wenang pihak lain.

Keadilan Sosial menurut Franz Magnis Suseno, keadilan sosial adalah keadilan yang pelaksanaannya tergantung dari struktur proses ekonomi, politik, sosial, budaya, dan ideologis dalam masyarakat. Maka struktur sosial adalah hal pokok dalam mewujudkan keadilan sosial. Keadilan sosial tidak hanya menyangkut upaya penegakkan keadilan-keadilan tersebut melainkan masalah kepatuhan dan pemenuhan kebutuhan hidup yang wajar bagi masyarakat.


Wujud-Wujud Keadilan Sosial:
  1. Selanjutnya untuk mewujudkan keadilan sosial tersebut, diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yaitu: Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
  2. Sikao adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
  3. Sikap suka memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan
  4. Sikap suka bekerja keras
  5. Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.



Referensi:

http://aldymohamad.blogspot.com/2012/makna-keadilan.html
http://fairsalina.blogspot.com/2013/01/keadilan-macam-macam-keadilan.html
http://pipitembem23.wordpress.com/2011/06/03/keadilan/

Oct 29, 2014

Tari Serampang Dua Belas (Sumatera Utara)


Tari Serampang Dua Belas merupakan salah satu dari sekian banyak tarian yang berkembang di bawah Kesultanan Serdang  di Kabupaten Serdang Bedagai (dahulu Kabupaten Deli Serdang). Tari ini merupakan jenis tari tradisional yang dimainkan sebagai tari pergaulan yang mengandung pesan tentang perjalanan kisah anak muda dalam mencari jodoh, mulai dari perkenalan sampai memasuki tahap pernikahan. Inilah salah satu cara masyarkat Melayu Deli dalam mengajarkan tata cara pencarian jodoh kepada generasi muda. Sehingga Tari Serampang Dua Belas menjadi kegemaran bagi generasi muda untuk mempelajari proses yang akan dilalui nantinya jika ingin membangun mahligai rumah tangga.

Nama Tari Serampang Dua Belas dahulu lebih dikenal dengan nama Tari Pulau Sari. Hal ini mengacu pada judul lagu yang mengiringi tarian tersebut, yaitu lagu Pulau Sari. Tarian ini diciptakan oleh Sauti pada era 1940-an dan digubah ulang antara tahun 1950—1960. Sauti yang lahir tahun 1903 di Pantai Cermin,

Kabupaten Serdang Bedagai ketika menciptakan Tari Serampang Dua Belas sedang bertugas di Dinas PP&K Provinsi Sumatra Utara. Atas inisiatif dari Dinas yang menaunginya, Sauti diperbantukan menjadi guru di Perwakilan Jawatan Kebudayaan Sumatera Utara di Medan. Pada masa itulah sauti menciptakan beberapa kreasi tari yang terkenal hingga sekarang termasuk Tari Serampang Dua Belas.
Selain Tari Serampang Dua Belas, Sauti juga berhasil menggubah bebarapa tari lain, yaitu tari jenis Tiga Serangkai yang terdiri dari Tari Senandung dengan lagu Kuala Deli, Tari Mak Inang dengan lagu Mak Inang Pulau Kampai, dan Tari Lagu Dua dengan lagu Tanjung Katung.
Pada awal perkembangannya, Tari Serampang Dua Belas hanya boleh dibawakan oleh laki-laki. Hal ini karena kondisi masyarakat pada waktu itu melarang perempuan tampil di depan umum, apalagi memperlihatkan lenggak-lenggok tubuhnya. Tetapi dengan perkembangan zaman, di mana perempuan sudah dapat berpartisipasi secara lebih leluasa dalam segala kegiatan, maka Tari Serampang Dua Belas kemudian dimainkan secara berpasangan antara laki-laki dan perempuan di berbagai pesta dan arena pertunjukan.
Hingga saat ini, Tari Serampang Dua Belas sudah berkembang ke beberapa daerah di Indonesia selain Sumatra Utara, seperti Riau, Jambi, Kalimantan, Sulawesi, bahkan sampai ke Maluku. Selain dikenal dan dimainkan di seluruh tanah air, Tari Serampang Dua Belas juga terkenal dan sering dibawakan di beberapa negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Hongkong. Keberadaan Tari Serampang Dua Belas karya Sauti ini, mendapat sambutan yang luar biasa di seluruh tanah air dan negara tetangga. Seiring dengan perkembangan ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai beinisiatif untuk melindungi hak cipta tari ini sebagai aset dan kekayaan daerah tersebut. Untuk mendukung rencana ini, maka pemerintah setempat mengadakan seminar mengenai Tari Serampang Dua Belas. Hal ini dilakukan untuk memperkenalkan kembali pada masyarakat banyak tentang asal muasal dari tari ini, sehingga generasi muda tahu dan mengerti. Selain itu, diadakan juga berbagai pagelaran lomba Tari Serampang Dua Belas terutama untuk kalangan masyarakat yang berada di kawasan Kabupaten Serdang Bedagai.

  • Peralatan

Untuk menarikan Tari Serampang Duabelas, sedikitnya ada tiga hal ang harus dipersiapkan, yaitu:
  1. Musik pendukung. Pada awal perkembangannya, musik pendukung tarian ini menggunakan peralatan musik tradisional. Namun seiring perkembangan zaman, peralatan musik yang digunakan semakin beragam.
  2. Pakaian penari. Biasanya, pakaian yang digunakan untuk menari Tari Serampang Duabelas adalah pakaian adat Melayu di pesisir pantai timur Pulau Sumatera. Walaupun, bukan menjadi peralatan utama, keberadaan pakaian ini sangat penting. Sedikitya ada dua alasan mengapa faktor pakaian menjadi penting, yaitu : pertama, warna-warni pakaian adat yang digunakan akan menjadikan ragam Tari Serampang Duabelas yang dimainkan semakin indah dan menarik; kedua, penggunaan pakaian adat menjadi penanda daerah asal Tari Serampang Duabelas.
  3. Sapu tangan, Sapu tangan dalam Tari Serampang Duabelas mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai kombinasi pakaian adat, dan sebagai media tari pada gerakan penutup tarian.

  •       Penari

Tari Serampang Duabelas dimainkan secara berpasangan oleh laki-laki dan perempuan. Namun, pada awal perkembangannya, tarian ini dimainkan secara berpasangan oleh laki-laki.

  •  Gerakan Tari

Dinamakan Tari Serampang Duabelas karena gerakan tari yang bercerita tentang proses pencarian jodoh ini terdiri dari dua belas ragam gerakan.

Ragaam I : Tari permulaan (pertemuan pertama dua orang muda-mudi)
Gerakan pembuka Tari Serampang Duabelas diawali dengan menari ditempat, kemudian mudur sambil berputar sembari melompat-lompat kecil. Gerakan ini bertutur tentang bertemunya sepasang anak muda. Pada pertemuan pertama tersebut, dalam diri sepasang pemuda muncul rasa ingin mengenal tapi masih malu-malu.

 Ragam II : Tari berjalan (cinta meresap)
Pada ragam kedua ini gerak tarian dilakukan sambil berjalan kecil, berputar dan berbalik ke posisi semula. Ragam ini menunjukkan bahwa dalam hati sepasang anak muda tersebut mulai muncul benih-benih cinta. Benih-benih cinta tersebut terus berkembang, namun keduanya masih belum berani untuk mengutarakannya.



- Ragam III : Tari pusing (memendam cinta)
Dinamakan tari pusing karena gerakan tarinya berputar-putar. Dalam ragam ini sepasang pemuda semakin sering bertemu, sehingga benih-benih cinta dalam hati mereka semakin tumbuh subur. Namun, cinta mereka yang menggelora harus mereka pendam. Kondisi ini menyebabkan sepasang pemuda yang sedang kasmaran semakin tersiksa (pusing).

- Ragam IV : Tari gila (gila karena mabuk kepayang)
Gerakan tarinya berlenggak-lenggok dan terhuyung-huyung sebagaimana orang yang sedang mabuk. Gerakan seperti orang mabuk merupakan simbol dari dua pasang kekasih yang sedang mabuk kepayang, akibat terlalu lama harus memendam cinta yang semakin menggelora.

- Ragam V : Tari berjalan bersipat (isyarat tanda cinta)
Gerakan tari pada Ragam V ini sering juga disebut dengan ragam gila. Ragam ini menunjukkan bahwa sang pemuda semakin tidak mampu menahan hasrat hatinya. Kemanapun si gadis pergi, si pemuda senantiasa mengikuti. Nampaknya, dalam diri sang pemuda telah muncul tekad sekali melagkah pantang surut ke belakang. Pada tahap ini, sang pemuda mulai mengirimkan tanda-tanda bahwa ia jatuh cinta kepada si gadis.

- Ragam VI : Tari goncet-goncet (balasan isyarat)
Tari dengan sikap goncet-goncet merupakan simbol pihak si gadis membalas isyarat yang disampaikan si pemuda, dan si pemuda berupaya untuk memahami maksud dari isyarat tersebut. Jika diverbalkan dengan kata-kata, maka sikap goncet-goncet maksudnya adalah “Dindapun juga demikian wahai Kakandaku.”
Setelah sepasang pemuda tersebut mengetahui perasaan masing-masing, hati keduanya semakin mantap untuk bersatu. Rasa mantap tersebut dipata dilihat pada gerakan tari yang seirama dan sejalan.

- Ragam VII : Tari sebelah kaki kiri / kanan (menduga-duga)
Ragam ini menunjukkan bahwa dalam hati sepasang pemuda tersebut mulai tumbuh kesepahaman atas isyarat-isyarat yang mereka kirimkan. Keyakinan mereka dikuatkan dengan janji untuk melanjutkan kisah yang mereka rajut hingga memasuki jenjang perkawinan. Setelah janji diucapkan, sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara tersebut pulang untuk bersiap-siap melanjutkan cerita indah selanjutnya.

- Ragan VIII : Tari langkah tiga melonjak maju mundur (masih belum percaya)
Gerakan tarinya melonjak maju-mundur. Gerakan ini merupakan simbol dari proses meyakinkan diri terhadap calon pasangannya. Sepasang muda-mudi yang telah berjanji, mencoba kembali meresapi dan lebih meyakinkan diri untuk memasuki tahap kehidupan selanjutnya. Setelah mereka semakin yakin, kebahagiaan menyelimuti mereka. Mereka asih bersenda-gurau menyongsong masa pengenalan dengan kedua keluarga besar. Kegembiraan ini ditunjukkan dengan gerakan tari yang rancak dan gembira.



- Ragam IX : Tari melonjak (Jawaban)
Disebut tari melonjak karena gerakan tari dilakukan dengan melonjak-lonjak. Gerakan ini sebagai simbol menunggu restu kedua orang tua masing-masing. Hati kedua pemuda tersebut berdebar-debar menunggu jawaban dan restu orang tua mereka.

- Ragam X : Tari datang-mendatangi (piang-meminang)
Setelah ada jawaban kepastian dan restu dari kedua orang tua masing-masing, maka pihak pemuda mengambil inisiatif untuk melakukan peminangan terhadap pihak perempuan. Hal ini dilakukan agar cinta yang sudah lama bersemi dapat bersatu dalam sebuah ikatan suci, yaitu perkawinan.

- Ragam XI : Tari rupa-rupa jalan (mengantar pengantin)
Gerakan tari ini sebagai simbol proses mengantar pengantin ke pelaminan. Setelah lamaran yang diajukan oleh pemuda diterima, maka kedua keluarga akan melangsungkan perkawinan. Gerakan tari biasanya dilakukan dengan nuansa ceria sebagai ungkapan rasa syukur menyatunya dua kekasih yang sudah lama dimabuk asmara menuju pelaminan dengan hati yang berbahagia.

- Ragam XII : Tari sapu tangan (pertemuan kasih)
Penggunaan sapu tangan merupakan ragam terakhir dari Tari Serampang Duabelas. Pada ragam ini, gerakan tari dilakukan dengan menyatukan sapu tangan. Penggunaan sapu tangan merupakan simbol telah menyatunya dua hati yang saling mencintai dalam ikatan perkawinan, dan tidak akan terpisahkan baik dalam keadaan senang maupun susah.




Daftar Pustaka
https://docs.google.com/document/d/1T2mLUdMO40E_d1UKVL51Vg5k00-rLY8CHwv_VZr7ZpE/edit
http://melayuonline.com/ind/culture/dig/2319/serampang-duabelas-tari-tradisional-melayu-kesultanan-serdang-sumatra-utara

Oct 28, 2014

Kebudayaan Masyarakat Jawa


BAB I
PENDAHULUAN

I.1        Latar Belakang
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Indonesia adalah negara yang indah yang kaya akan kekayaan alam dan budaya. Budaya yang ada di Indonesia mengandung makna kearifan lokal bagi masyarakat di wilayah asal budaya itu dikenal. Dan juga mengandung arti kehidupan yang mendalam tentang kecintaan masyarakat terhadap Tuhan, lingkungan, serta hubungan sesama manusia. Lebih dari 20 suku terdapat di Indonesia dan lebih dari 100 budaya ada di Indonesia.
Salah satunya adalah Suku Jawa yang merupakan suku bangsa terbesar diIndonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. Setidaknya 41,7% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. Selain di ketiga provinsi tersebut, suku Jawa banyak bermukim di Lampung, Banten, Jakarta, dan Sumatera Utara. Di Jawa Barat mereka banyak ditemukan di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Suku Jawa juga memiliki sub-suku, seperti suku Osing, orang Samin, suku Bawean/Boyan, Naga, Nagaring, suku Tengger, dan lain-lain.[4] Selain itu, suku Jawa ada pula yang berada di negaraSuriname, Amerika Tengah karena pada masa kolonial Belanda suku ini dibawa ke sana sebagai pekerja dan kini suku Jawa di sana dikenal sebagai Jawa Suriname.

I.2        Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini antara lain :
1.    Memperkenalkan budaya Jawa
2.    Mengetahui pandangan hidup masyarakat Jawa
3.    Mengetahui bahasa yang digunakan oleh suku Jawa
4.    Mengetahui sistem perekonomian masyarakat Jawa
5.    Mengetahui aksara Jawa



 BAB II
PEMBAHASAN

II.1      Budaya Jawa
Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa khususnya di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Budaya Jawa secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 yaitu budaya Banyumasan, budaya Jawa Tengah-DIY dan budaya Jawa Timur. Budaya Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam kehidupan sehari hari. Budaya Jawa menjunjung tinggi kesopanan dan kesederhanaan. Budaya Jawa selain terdapat di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur terdapat juga di daerah perantauan orang Jawa yaitu di Jakarta, Sumatera dan Suriname. Bahkan budaya Jawa termasuk salah satu budaya di Indonesia yang paling banyak diminati di luar negeri. Beberapa budaya Jawa yang diminati di luar negeri adalah Wayang Kulit, Keris, Batik dan Gamelan.
Di Malaysia dan Filipina dikenal istilah keris karena pengaruh Majapahit. LSM Kampung Halaman dari Yogyakarta yang menggunakan wayang remaja adalah LSM Asia pertama yang menerima penghargaan seni dari AS tahun 2011. Gamelan Jawa menjadi pelajaran wajib di AS, Singapura dan Selandia Baru. Gamelan Jawa rutin digelar di AS-Eropa atas permintaan warga AS-Eropa. Sastra Jawa Negara kretagama menjadi satu satunya karya sastra Indonesia yang diakui UNESCO sebagai Memori Dunia.
Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John N. Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan Thailand yang dibuktikan dengan pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung dan seni. Budaya Jawa termasuk unik karena membagi tingkat bahasa Jawa menjadi beberapa tingkat yaitu Ngoko, Madya Krama.

II.2      Pandangan hidup masyarakat Jawa  
Orang Jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala kehidupan karena sebelumnya semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang pertama kali ada. Pusat yang dimakusd disini dalam pengertian ini adalah yang dapat memebrikan penghidupan, kesimbangan, dan kestabilan, yang dapat juga memberi kehidupan dan penghubung dengan dunia atas. Pandangan orang Jawa yang demikian biasa disebut Kawula lan Gusti, yaitu pandangan yang beranggapan bahwa kewajiban moral manusia adalah mencapai harmoni dengan kekuatan terakhir dan pada kesatuan terakhir itulah manusia menyerahkan diri selaku kawula terhadap gustinya.  
Sebagian besar orang Jawa termasuk dalam golongan bukan muslim santri yaitu yang telah mencampurkan beberapa konsep dan cara berpikir Islam dengan pandangan asli mengenai alam kodrati dan alam adikodrati.
Niels Mulder mengatakan bahwa pandangan hidup merupakan suatu abstraksi dari pengalaman hidup. Pandangan hidup adalah sebuah pengaturan mental dari pengalaman hidup yang kemudian dapat mengembangkan suatu sikap terhadap hidup.
Ciri pandangan hidup orang Jawa adalah realitas yang mengarah kepada pembentukan kesatuan numinus antara alam nyata, masyarakat, dan alam adikodrati yang dianggap keramat. Orang Jawa bahwa kehidupan mereka telah ada garisnya, mereka hanya menjalankan saja.
Dasar kepercayaan Jawa atau Javanisme adalah keyakinan bahwa segala sesuatu yang ada didunia ini pada hakekatnya adalah satu atau merupakan kesatuan hidup. Javanisme memandang kehidupan manusia selalu terpaut erat dalam kosmos alam raya. Dengan demikian kehidupan manusia merupakan suatu perjalanan yang penuh dengan pengalaman-pengalaman yang religius.
Alam pikiran orang Jawa merumuskan kehidupan manusia berada dalam dua kosmos (alam) yaitu makrokosmos dan mikrokosmos. Makrokosmos dalam pikiran orang Jawa adalah sikap dan pandangan hidup terhadap alam semesta yang mengandung kekuatan supranatural da penuh dengan hal-hal yang bersifat misterius. Sedangkan mikrokosmos dalam pikiran orang Jawa adalah sikap dan pandangan hidup terhadap dunia nyata. Tujuan utama dalam hidup adalah mencari serta menciptakan keselarasan atau keseimbangan antara kehidupan makrokosmos dan mikrokosmos.
Dalam makrokosmos pusat alam semesta adalah Tuhan. Alam semesta memiliki hirarki yang ditujukan dengan adanya jenjang alam kehidupan orang Jawa dan adanya tingkatan dunia yang semakin sempurna (dunia atas-dunia manusia-dunia bawah). Alam semesta terdiri dari empat arah utama ditambah satu pusat yaitu Tuhan yang mempersatukan dan memberi keseimbangan.
Sikap dan pandangan tehadap dunia nyata (mikrokosmos) adalah tercermin pada kehidupan manusia dengan lingkungannya, susunan manusia dalam masyarakat, tata kehidupan manusia sehari-hari dan segala sesuatu yang nampak oleh mata. Dalam mengahdapi kehidupan manusia yang baik dan benar didunia ini tergantung pada kekuatan batin dan jiwanya.
Bagi orang Jawa, pusat di dunia ada pada raja dan karaton, Tuhan adalah pusat makrokosmos sedangkan raja adalah perwujudan Tuhan di dunia sehingga dalam dirinya terdapat keseimbangan berbagai kekuatan alam. Jadi raja adalah pusat komunitas di dunia seperti halnya raja menjadi mikrokosmos dari Tuhan dengan karaton sebagai kediaman raja . karaton merupakan pusat keramat kerajaan dan bersemayamnya raja karena raja merupakan sumber kekuatan-kekuatan kosmis yang mengalir ke daerah dan membawa ketentraman, keadilan dan kesuburan

II.3      Bahasa yang digunakan
Sebahagian besar suku bangsa Jawa menuturkan bahasa Jawa sebagai bahasa percakapan harian. Sebuah tinjauan pendapat yang dijalankan oleh Majalah Tempo pada awal dekad 1990-an menunjukkan bahawa hanya sekitar 12% daripada orang-orang Jawa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertuturan harian. Sekitar 18% menggunakan campuran bahasa Jawa dan bahasa Indonesia, dengan yang lain menuturkan bahasa Jawa sebagai bahasa utama mereka. Keturunan-keturunan masyarakat Jawa berpendapat bahawa bahasa Jawa adalah bahasa yang sangat sopan dan mereka, khususnya orang-orang yang lebih tua, menghargai orang-orang yang menuturkan bahasa mereka. Bahasa Jawa juga sangat mempunyai erti yang luas. 
Selain definisi tersebut, bangsa jawa juga berkaitan dengan  bahasa yang digunakan oleh suku Jawa juga penting diketahui. Ada dua jenis bahasa Jawa. Adapun dua jenis bahasa tersebut yaitu sebagai berikut : 
  1. Bahasa Jawa Ngoko, Bahasa Jawa tersebut berdasarkan asal usul suku Jawa digunakan kepada orang yang sudah akrab, orang yang lebih muda usianya atau lebih rendah status sosialnya
  2. Bahasa Jawa Kromo, Bahasa Jawa tersebut berdasarkan asal usul suku Jawa digunakan kepada orang yang belum akrab, tetapi sabaya atau memiliki status sosial yang sama serta kepada orang yang usianya lebih tua atau yang lebih tnggi status sosialnya

II.4      Sistem perekonomian masyarakat Jawa
Sistem perekonomian masyarakat Jawa mencakup :
Pertanian
Yang dimaksud pertanian disini terdiri atas pesawahan dan perladangan (tegalan), tanaman utama adalah padi. Tanaman lainnya jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau dan sayur mayor, yang umumnya ditanam di tegalan. Sawah juga ditanami tanaman perdagangan, seperti tembakau, tebu dan rosella
Perikanan
Adapun usaha yang dilakukan cukup banyak baik perikanan darat dan perikanan laut. Perikanan laut diusahakan di pantai utara laut jawa. Peralatannya berupa kail, perahu, jala dan jarring

 Peternakan
Binatang ternak berupa kerbau, sapi, kambing, ayam dan itik dan lain-lain.

Kerajinan
Kerajinan sangat maju terutama menghasilkan batik, ukir-ukiran, peralatan rumah tangga, dan peralatan pertanian.

Adapun mata pencaharian dalam suku Jawa atau masyaraakat Jawa biasanya bermata pencaharian bertani, baik bertani di sawah maupun tegalan, juga Beternak pada umumnya bersipat sambilan, selain itu juga masyarakat Jawa bermata pencaharian Nelayan yang biasanya dilakukan masyarakat pantai.



                        

II.5      Aksara Jawa
Aksara Jawa (atau dikenal dengan nama hanacaraka atau carakan  adalah aksara jenis abugida turunan aksara Brahmi yang digunakan atau pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa, bahasa Makasar, bahasa Sunda[1], dan bahasa Sasak[1]. Bentuk aksara Jawa yang sekarang dipakai (modern) sudah tetap sejak masa Kesultanan Mataram (abad ke-17) tetapi bentuk cetaknya baru muncul
pada abad ke-19. Aksara ini adalah modifikasi dari aksara Kawi atau dikenal dengan Aksara Jawa Kuno yang juga merupakan abugida yang digunakan sekitar abad ke-8 – abad ke-16. Aksara ini juga memiliki kedekatan dengan aksara Bali. Nama aksara ini dalam bahasa Jawa adalah Dentawiyanjana.
Ha Na Ca Ra Ka = ono wong loro ( ada dua orang )
Da Ta Sa Wa La = podho kerengan ( mereka berdua berantem / berkelahi )
Pa Dha Ja Ya Nya = podho joyone ( sama-sama kuatnya )
Ma Ga Ba Tha Nga = mergo dadi bathang lorone ( maka dari itu jadilah bangkai semuanya / mati dua-duanya karena sama kuatnya)







 BAB III
ANALISIS SWOT

III.1     Strength (Kekuatan)
Budaya Jawa memiliki ciri yang terletak pada kemampuan luar biasa kebudayaan Jawa untuk membiarkann diri dibanjiri oleh gelombang-gelombang kebudayaan yang datang dari luar dan dalam namun masih mampu mempertahankan keasliannya. Kebudayaan Jawa justru tidak menemukan diri dan berkembang kekhasannya dalam isolasi, melainkan dalam pencemaan masukan-masukan dari luar.
Keunggulan budaya Jawa dalam bertanding dengan kultur lain terletak pada keseimbangan berolah rasa, olah jiwa dan olah pikir. Tripartite olah rasa-jiwa-pikir itu, menjiwai seluruh lelaki bagi wong Jawa tulen. Impact langsungnya, kearifan jiwa dan kerendahan hati seorang Jawa terselubung dalam segala keputusan intelektualnya.
Nilai dan etika Jawa sebagai bagian dari kebbudayaan Jawa merupakan sebuah tuntunan bagi setiap individu dalam masyarakat Jawa bagaimana seharusnya menjalankan kehidupannya. Nilai dan etika Jawa berbentuk prinsip hidup yang dipegang erat oleh semua orang Jawa. Adapun nilai dan etika yang dimaksud antara lain: prinsip rukun, prinsip hormat, tepa selira, nrimo ing pandum, sepi ing pamrih rame ing gawe memayu hayuning bawana, ajining diri soko lathi ajining rogo soko toto, sura dira jayadiningrat lebur dening pangastuti dan sebaginya.

III.2     Weaknesses (Kelemahan)
Kurangnya minat masyarakat terhadap kebudayaan akan mempengaruhi usaha dalam pelestarian serta kurangnya kepedulian terhadap kebudayaan dan tingkat kesadaran masyarakat Jawa terhadap kebudayaannya cenderung masih kurang karena masyarakat Jawa lebih memilih budaya asing yang mereka anggap lebih modern.

III.3     Opportunities (Kesempatan)
Suku Jawa memiliki kebudayaan yang unik dan menarik di mata dunia. Oleh sebab itu, wisatawan asing sering berkunjung ke pulau Jawa terutama Jawa Tengah. Banyaknya acara-acara yang menampilkan berbagai macam kebudayaan Jawa, hal ini dapat menarik minat para wisatawan untuk mempelajari kebudayaan Jawa serta menarik para wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Jawa.

III.4     Threats (Hambatan)
Budaya Jawa telah hilang rohnya sebagai dampak benturan budaya sekuleritis nan menghedonistis. Fenomena memudarnya budaya Jawa dapat dilihat dari sudut pandang perilaku konsumerisme, menurunnya jumlah rumah ala Joglo yang sebenarnya tahan gempa dan bagaimana fungsi hukum adat yang tergerus elevansi global.
Dibidang hukum, terlihat adanya hilangnya peran hukum yang disebabkan karena pemaksaan kehendak penguasa dan tergerus arus globalisasi serta penyesuaian hukum-hukum adat dengan hukum internasional. Ketiga aspek yang mengindikasikan memudarnya budaya Jawa ini merupakan akibat dari merosotnya nilai filsafat Jawa yaitu memayu hayuning bawana. Sebuah nilai filsafat yang memuat nilai persaudaraan, hormat kepada sesama dan alam sekitar, dan menjaga keseimbangan hidup yang mulai ditinggalkan kaum muda jaman sekarang.




DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Jawa
http://www.karatonsurakarta.com/orangjawa.html
http://newirfanmuhluster.wordpress.com/2014/02/04/10-fakta-tentang-suku-jawa-yang-perlu-anda-tahu/
http://rayhan-imam.blogspot.com/2012/06/makalah-analisa-swot.html?m=1